Hipnosis didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran dimana fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconcious),
di mana tersimpan beragam potensi internal yang dapat dimanfaatkan
untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Individu yang berada pada
kondisi “hypnotic trance” lebih terbuka terhadap sugesti dan dapat dinetralkan dari berbagai rasa takut berlebih (phobia),
trauma ataupun rasa sakit. Individu yang mengalami hipnosis masih dapat
menyadari apa yang terjadi di sekitarnya berikut dengan berbagai
stimulus yang diberikan oleh terapis.
Terapi hypnosis (hypnotherapy)
kini merupakan fenomena ilmiah, namun hingga kini masih belum terdapat
definisi yang jelas, bagaimana sebenarnya mekanisme kerja hypnotherapy. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa hipnotherapi menstimulir otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat di otak, encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk meningkatkan mood sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya.
Sementara menurut Profesor John Gruzelier, seorang pakar psikologi di Caring Cross Medical School, London, guna menginduksi otak dilakukan dengan mem provokasi otak
kiri untuk non aktif dan memberikan kesempatan kepada otak kanan untuk
mengambil kontrol atas otak secara keseluruhan. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat otak fokus pada suatu hal secara monoton menggunakan
suara dengan intonasi datar (seolah-olah tidak ada hal penting yang
perlu diperhatikan).
Secara umum mekanisme kerja hypnotherapy sangat terkait dengan
aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap
kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang dapat diukur
menggunakan alat bantu EEG (Electroenchepalograph).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar